Naik Umum Tanpa Tipu-Tipu, ASN Diingatkan Wali Kota Jaksel

thelighthousepeople.com, Naik Umum Tanpa Tipu-Tipu, ASN Diingatkan Wali Kota Jaksel Terlalu sering duduk manis di belakang setir mobil dinas bikin lupa rasanya rebutan bangku di kopaja. Maka, Wali Kota Jakarta Selatan akhirnya angkat suara. Dengan nada tegas tapi nggak nyolot, beliau ngingetin semua ASN: naik transportasi umum bukan cuma sekadar contoh, tapi kewajiban yang nggak bisa diakalin.

Bukan cuma demi mengurangi polusi atau macet yang udah kayak mie kusut di jam pulang kantor, tapi juga supaya para ASN bisa merasakan denyut kota dari bangku penumpang. Jangan cuma jadi pengamat dari balik kaca film gelap.

Apalagi, masih banyak warga yang setiap hari harus bangun lebih pagi, antre lebih panjang, dan jalan lebih jauh buat nyambungin satu trayek ke trayek lain. Kalau ASN aja nggak bisa ngerasain susahnya, bagaimana bisa ngerti masalah sebenarnya di lapangan?

Transportasi Bukan Cuma Soal Tujuan, Tapi Juga Soal Empati

Naik umum itu nggak selalu nyaman, tapi di situlah rasa kotanya terasa. Dari gerutuan ibu-ibu, obrolan driver ojek, sampe suara pengamen yang tiba-tiba muncul bawa gitar dengan senar tinggal tiga. Semua jadi potret asli keseharian.

Justru di momen itulah empati tumbuh. Bukan cuma soal hemat anggaran negara, tapi soal membuka mata dan telinga. Naik umum itu cara cepat buat tahu, mana halte yang bolong, mana trayek yang suka ngetem kelewat lama, dan mana sistem yang belum beres.

Dan jangan salah, dengan turun langsung ke lapangan (alias bangku umum), banyak celah yang bisa diperbaiki tanpa nunggu laporan panjang lebar.

Naik Umum Itu Bukan Turun Derajat, Tapi Naik Kesadaran

Naik Umum Tanpa Tipu-Tipu, ASN Diingatkan Wali Kota Jaksel

Masih banyak yang nganggep naik umum itu langkah mundur. Padahal, justru sebaliknya. Di tengah hiruk-pikuk kota yang terus nambah volume, orang-orang yang rela parkir mobil demi jalan bareng rakyat adalah pahlawan yang diam-diam mengubah wajah kota.

Wali Kota Jaksel juga bilang, perubahan nggak akan datang kalau cuma duduk di balik meja. Harus turun, harus berbaur, dan harus merasakan langsung panasnya halte jam 1 siang atau hujan deras di pinggir jalan tanpa atap.

Dan menariknya, dari situ muncul rasa tanggung jawab yang lebih kuat. Karena ketika tahu sulitnya orang-orang menuju tempat kerja, otomatis langkah berikutnya jadi lebih manusiawi.

ASN Nggak Perlu Pura-Pura Sibuk Kalau Emang Niatnya Melayani

Masih ada yang suka ngeles, bilang waktu mereka terlalu berharga buat dihabiskan di angkutan umum. Padahal, justru lewat naik umum, mereka bisa dapet informasi yang nggak bakal muncul di rapat mingguan.

Misalnya, soal angkot yang nyasar trayek atau jalan rusak yang nggak pernah masuk laporan. Semuanya bisa langsung tercatat di kepala—tanpa butuh survei mahal atau tim konsultan.

Bahkan, Wali Kota juga bilang, dengan ASN turun ke jalan, masyarakat jadi lebih percaya. Karena rasa hormat nggak selalu datang dari seragam atau jabatan. Kadang, dari hal sederhana kayak duduk bareng di bangku metromini yang licin aja udah cukup bikin warga angkat topi.

Kesimpulan

Naik transportasi umum buat ASN bukan sekadar simbol atau formalitas tahunan. Lebih dari itu, ini adalah bentuk tanggung jawab dan niat tulus buat benar-benar ngerti denyut kota. Wali Kota Jaksel udah ngasih contoh lewat peringatan yang tepat sasaran dan penuh makna.

Kini, tinggal giliran para ASN buat buktikan kalau mereka bukan sekadar penonton, tapi bagian aktif dari cerita kota. Naik umum bukan berarti turun gengsi, tapi naik level empati. Dan dari situ, pelayanan publik bisa jadi lebih jujur, lebih nyata, dan lebih dekat ke rakyat.

By Benito

We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications