70.000 Mangrove dan Sedekah Alam Baru ala Fathur Razaq

thelighthousepeople.com, 70.000 Mangrove dan Sedekah Alam Baru ala Fathur Razaq Alam memang tidak pernah minta apa-apa, tapi selalu memberi. Kalimat itu mungkin terdengar klise bagi sebagian orang, tapi tidak bagi Fathur Razaq. Di tengah hiruk-pikuk pembangunan kota dan industri yang menggila, ia memilih jalan yang nyaris tak di lirik: menanam, bukan menebang.

Dengan tangan yang tak pernah lelah, Fathur Razaq telah menanam lebih dari 70.000 bibit mangrove di berbagai pesisir Indonesia. Tapi ini bukan soal angka semata. Ini tentang filosofi, tentang sedekah tanpa pamrih, dan tentang cinta yang tidak banyak bicara.

Gerakan 70.000 Mangrove yang Tak Butuh Panggung

Tidak banyak baliho. Tidak ada seremonial. Bahkan kadang tak terdengar kabarnya di media. Namun, Fathur tetap bergerak, dari pesisir ke pesisir, dari lumpur ke lumpur. Ia tak membawa spanduk besar, hanya sekop kecil, sepatu bot, dan semangat yang sulit di tandingi.

Gerakan ini bukan sekadar tanam-menangkap kamera lalu pulang. Di baliknya ada misi sunyi yang membakar semangat: mengembalikan kehidupan pesisir yang sempat di rebut beton dan aspal. Di daerah seperti Demak, Cilacap, hingga kawasan rawan abrasi di Kalimantan Barat, jejak Fathur terukir lewat akar-akar mangrove yang mulai menancap kuat.

Sedekah dalam Bentuk Akar

Istilah “sedekah alam” bukan sekadar kiasan. Bagi Fathur, menanam adalah ibadah. Sebuah bentuk syukur yang di tanamkan langsung ke bumi. Bukan dalam bentuk uang, bukan pula hanya lewat doa.

“Alam sudah banyak memberi, tinggal kita saja yang sering lupa mengembalikan,” begitu katanya dalam satu di skusi kecil yang tak pernah di publikasikan. Ia menanam bukan untuk hasil hari ini, tapi demi oksigen cucunya kelak. Sebuah pemikiran yang melampaui generasi, jauh dari kepentingan sesaat.

Bahkan saat beberapa proyek besar menawarkan kerja sama berbayar, Fathur tak serta merta tergoda. Ia memilih berjalan bersama komunitas, anak muda kampung, bahkan nelayan lokal. Sebab baginya, menanam tanpa melibatkan warga hanyalah pamer di am-di am.

Mangrove Bukan Sekadar Pohon

70.000 Mangrove dan Sedekah Alam Baru ala Fathur Razaq

Ada yang mengira mangrove hanya untuk mencegah abrasi. 70.000 Mangrove Tapi Fathur melihat lebih jauh. Bagi di a, mangrove adalah simbol harapan. Sebuah jawaban atas banyaknya krisis yang di am-di am merayap: krisis air bersih, krisis udara, hingga krisis relasi manusia dengan alam.

Uniknya, dalam beberapa lokasi, penanaman yang ia gagas mulai berbuah hasil tak terduga. Ikan-ikan kembali datang. Burung-burung mulai bersarang. Bahkan beberapa warga yang dulu enggan turun ke pesisir kini rutin menyiram bibit dengan air sisa wudhu.

Mangrove bukan hanya tumbuh di lumpur. Ia juga mulai tumbuh di hati banyak orang. Inilah dampak paling sulit di ukur, tetapi justru paling bermakna.

Gerakan 70.000 mangrove yang di gagas Fathur Razaq tak cuma tentang menanam pohon. 70.000 Mangrove Ia adalah ajakan di am-di am untuk menumbuhkan kepekaan. Dari akar hingga pucuk, mangrove seperti sedang mengajarkan manusia cara bertahan dan berbagi. Di banyak daerah, warga yang semula tak peduli kini mulai mencari tahu. Mengapa? Karena mangrove bukan sekadar tanaman, tapi simbol perlawanan terhadap pelan-pelan tenggelamnya empati.

Ekologi Tanpa Sorotan Kamera 70.000 Mangrove

Salah satu hal paling menarik dari gerakan ini adalah ketidakterikatannya pada proyek formal. Fathur dan timnya sering bergerak di am-di am, tanpa konferensi pers atau jumpa media. Mereka lebih suka bekerja dalam senyap, lalu melihat hasilnya bertahun-tahun kemudian.

Itulah sebabnya, di kalangan pecinta lingkungan akar rumput, Fathur di kenal bukan sebagai “aktivis”, tapi sebagai “penanam”. Sebuah gelar yang sederhana, namun penuh makna.

Penanaman ini pun tak hanya menyasar pesisir. Di beberapa daerah, ia mulai memperluas ke lahan kritis dan bekas tambang. Meski medannya lebih berat, semangatnya tak kendur. Baginya, alam harus di rangkul kembali, bukan di taklukkan.

Kesimpulan: Akar Kecil, Dampak Besar

70.000 mangrove mungkin terdengar seperti angka biasa. 70.000 Mangrove Namun, di balik angka itu tersimpan ribuan jam kerja, ratusan lumpur yang di injak, dan satu keyakinan kuat: bahwa bumi bisa pulih jika di rawat dengan tulus.

Fathur Razaq bukan superhero. Ia tak terbang dan tak punya kostum. 70.000 Mangrove Tapi dengan satu bibit mangrove di tangan, ia mampu mengubah nasib satu kampung, bahkan satu garis pantai. Gerakannya mungkin sunyi, tapi jejaknya akan terus tumbuh, pelan tapi pasti.

By Benito

We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications